Kuliah di Prodi Pendidikan ternyata enggak lantas ngebuat mahasiswanya cuma duduk manis di dalam ruang kuliah, dan kalau pun ada observasi tidak selalu ‘cuma’ ke sekolahan aja. Jadi, selama ini pemikiran itu salah. Kemarin gue mengikuti mata kuliah Keterampilan Menulis Populer di Pulau Pramuka selama dua hari satu malam. How can?
Begini ceritanya. Mata kuliah Keterampilan Menulis Populer itu kan identik dengan sebuah tulisan berbobot, yang isinya berupa tulisan yang memuat kenyataan yang tidak dikarang-karang. Maka dari itu, untuk mencari bahan yang ‘segar’ kita perlu pergi ke sebuah tempat. Kita? Siapa aja? Yang ikut acara ini yaitu mahasiswa dari Prodi Pendidikan, kelas 1A, 1B, dan 1E, ditambah dua dosen dan beberapa kakak pembimbing. Gue sendiri termasuk ke dalam kelas 1A, so.. gue ikut. Nyahaa..
Sabtu, 19 Mei 2012
Gue dan temen-temen udah harus sampe di kampus jam 6 pagi. So, gue berangkat lebih pagi dari biasanya. Ada sedikit kejadian di pagi itu, but no matter laah.. dalem hati, gue berdoa khusyuk, semoga kejadian ini tidak mempengaruhi mood gue sehingga tidak berdampak pada nilai-nilai selama di sana. Aamiin..
Dari kampus, rombongan diangkut dengan menggunakan tiga truk TNI menuju Pelabuhan Muara Angke, dan dari sanalah kita akan menyebrang ke Pulau Pramu dengan menggunakan kapal penumpang milik nelayan. Sesampainya di pelabuhan, waktu sudah menunjukan pukul setengah 9 pagi, mataharinya terasa begitu hangat.. atau panas ya?
Secara bergiliran, rombongan mahasiswa UNJ Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (rombongan gue) menaiki kapal. Perjalanan laut kurang lebih tiga jam itu ternyata sungguh memabukan. Gila. Segitu lamanya perut terasa dikocok-kocok gara-gara ombak yang sedang menggila. Subhanallah. Gak sedikit dari teman-teman gue yang sampai muntah, termasuk sobat gue (Girik) yang duduk di samping gue. Beberapa kali pula gue mendengar teriakan dari bagian atas kapal. Sepertinya mereka semangat sekali yah..
Alhamdulillah, sampai juga di darat. Rombongan tiba di Pulau Pramuka pukul 12 kurang. Setelah pembagian kamar, kita dipersilahkan untuk beristirahat sekaligus menunaikan ibadah shalat Dzuhur di kamar masing-masing. Oh iya, tempat yang kami tinggali ini adalah beberapa homestay sewaan yang letaknya.. waw banget. Dari kamar tempat gue menginap, kalau gue keluar dari pintu.. gue bisa langsung ngeliat hamparan perairan Kepulauan Seribu. Alhamdulillah.. cuci mata, cuci hati, cuci pikiran.. penyegaran!
Gue terpisah dari sobat-sobat gue. Mereka terkumpul di kamar yang sama, sedangkan gue nyasar entah kemana. But whateverlah, gue rasa ini bukan masalah besar. Gue sekamar sama Ety, Amel, Suci, Ridha, Safira, Poppy dan Sari.. masih gue kenal semua kok, masih temen sekelas juga kok, gak asing-asing amat kok. Hahahaa..
Jam satu siang kita menyantap makan siang yang disediakan oleh pihak homestay. Menunya bisa di tebak.. ikan. Ikan? Iya. Ikan segar hasil tangkapan dari laut. Kalau ke sini tapi gak coba ikannya, berarti belum datang ke Kepulauan Seribu. Serius. Masyarakat penghuni Kepulauan Seribu juga punya prinsip, “Kalau belum makan ikan berarti belum makan apa-apa. Walau gak ada sayur asalkan ada ikan gak masalah.” Mantap!
Setelah makan siang, gue dan teman-teman terbagi lagi menjadi kelompok lebih kecil. Kelompok gue sendiri beranggotakan lima orang, Gue, Girik, Septi, Olfi + Ame. Observasi pun dimulai. Kelompok gue memilih untuk mengelilingi pulau Pramuka terlebih dahulu, survei katanya. Kelompok gue mengandalkan Ame (satu-satunya cowok di kelompok gue) sebagai si Penunjuk Jalan. Secara dia itu wakil ketua dalam acara ini, dan dia juga ikut survei tempat beberapa hari yang lalu. So, pastilah dia sudah lebih tahu daerah sini dibandingkan gue, Septi, Olfi dan Girik.
Akhirnya, setelah dua jam muterin Pulau Pramuka, kita menetapkan pilihan untuk mewawancarai Ibu Fauziah yang kebetulan lagi kumpul ‘kebo’ sama ibu-ibu lainnya di pendopo. Ibu Fauziah ramah, dari dia kita bisa menggali banyak tentang bahasa dan kebudayaan di Pulau Pramuka dan sekitarnya.
Puas menggali informasi, gue dan empat orang imut perkasa ini melanjutkan perjalanan mengelilingi pulau. Berdasarkan info dari Ibu Fauziah, terdapat mpek-mpek ikan asli khas Pulau Pramuka. Kita harus coba. Akhirnya setelah bertanya kiri-kanan-depan-belakang kita pun sampai di warung milik Ibu Jannah. Konon, hanya Ibu Jannahlah satu-satunya orang yang masih membuat mpek-mpek ikan ini. Letak warung yang berada tepat di pertigaan jalan sepertinya sungguh membawa keberuntungan bagi Ibu Jannah sendiri, karena warungnya tak pernah sepi dari pembeli.
Mpek-mpek ikan yang dibuat Ibu Jannah menggunakan ikan segar yang berasal dari perairan Kepulauan Seribu itu sendiri. Dengan harga yang relatif murah, kelompok gue pun menyicipi sepiring mpek-mpek ikan dengan ditemani semangkuk bumbu kacang. Hmm, uenaaak!
Wawancara udah. Informasi udah. Dokumentasi udah. Pulang yuk? Kita pun balik lagi ke homestay untuk beberesih, shalat dan siap-siap untuk acara di malam harinya. Oh iya, ada satu hal yang ga boleh dilewatin sore itu, SUNSET meen.. Alhamdulillah, homestay yang gue tempatin itu tepat banget ngadep ke tenggelamnya matahari.. Subhanallah, terima kasih ya Allah.
Pukul 7 malam, semua mahasiswa sudah berkumpul di salah satu ruang gedung Pemerintahan Kepulauan Seribu. Di sini gue dan teman-teman diberi tips dan trik ‘bagaimana menulis di media massa’. Pematerinya dosen sendiri, Pak Erfi Firmansyah, M.A, bersama seorang temannya yang ternyata juga dosen di kampus gue, kalau gak salah namanya Pak Soibur. Malam itu juga diadakan sesi tanya jawab yang berakhir dengan presentasi hasil sementara perkelompok.
Malam berlalu. Seperti anak muda biasanya, gue dan teman-teman pastilah memanfaatkan moment seperti ini. Mumpung bisa kumpul bareng-bareng, apa salahnya kita ngobrol-ngobrol dulu. Kita pun beramai-ramai menyatroni pinggir pantai. Ngobrol, ngopi, genjreng-genjreng, nyanyi-nyanyi, curhat-curhatan sampai foto-foto pun dilakoni. Malam itu bener-bener malan yang spekta, jarang-jarang gue dan teman-teman punya quality time semacam itu. Ya kan?
Pukul 12 malam. Gue lebih memilih untuk masuk ke kamar. Gue gak terbiasa di luar malam-malam begitu, apalagi sampai jam 12 malam. Say good bye dulu ke teman-teman, dan kemudian pergi tidur. Night Cyber Island!
Minggu, 20 Mei 2012
Hari masih gelap, tepat pukul lima pagi alarm handphone gue bunyi. Kemarin gue udah janjian sama Girik, Septi, dan Olfi untuk nyari sunrise. Ame juga udah janji mau nganterin. Kemudian gue misscall ke Septi supaya dia cepat keluar dari kamarnya, setelah itu gue juga misscall Ame. Tapii.. gue udah misscall Ame berulang-ulang tetep aja gak ada sahutan. Oke, fine. Dia ingkar janji, teman macam apa itu.. ckck.
Gue, Septi, Olfi dan Girik udah siap mau ngeliat sunset. Tapi, berhubung gue tiba-tiba males, yowes, gue gak jadi deh. Olfi juga gak jadi. Ujung-ujungnya Girik dan Septi nyebar kemana tau untuk gabung sama teman-teman lain yang juga mau ngeliat sunset. Gue sama Olfi lebih milih untuk duduk di warung sambil menikmati kopi Luwak. Sampai matahari terbit, sekitar pukul 7 pagi, gue sama Olfi masih di warung itu juga. Ngalor ngidul.
It’s time to breakfast. Setelah beberesih, kita kumpul lagi untuk makan pagi. Dengan menu spesial Ikan lagi. Tapi, kali ini jenis ikannya berbeda, entah ikan apa gue gak tahu. Setelah sarapan, rombongan dipersilahkan untuk melanjutkan observasi bagi yang datanya masih kurang lengkap. Kelompok gue ngerasa bahan kita udah cukup banyak, jadi tinggal diolah. Otomatis, kelompok gue pun memiliki waktu bebas. Ame pun akhirnya begabung lagi dengan teman-teman lainnya, karena kebutuhan kelompok sudah tercukupi. Gue, Olfi, Girik dan Septi di tambah beberapa lelaki tangguh lainnya, memilih untuk melihat penangkaran penyu sekaligus beli oleh-oleh di dermaga.
Siang menjelang, rombongan makan siang sebelum balik menerjang ombak demi balik ke Jakarta. Ikan lagi, jenis lain lagi. Sumpah, gue jadi terbiasa makan ikan dan janji untuk makan ikan lagi di rumah (?). Sebelum makan, gue sempet mikir dulu, mau makan atau gak. Kalau gue makan, nanti pas di kapal ngerinya keluar lagi gara-gara perut ke kocok-kocok. Makan-Gak-Makan-Gak. Akhirnya gue milih makan, walau pun cuma sedikit. Kan sayang banget ikannya. :3
Fight again. Pukul satu siang, setelah check out dari homestay, rombongan lagsung menuju ke dermaga. Menaiki kapal penumpang dan berdoa dalam hati supaya sampai seberang dengan selamat. Amin. Kali ini gue mau coba duduk di bagian atas kapal, gue penasaran. Gue, Girik dan Olfi berhasil dapet tempat yang nyaman, sedangkan Septi di bagian bawah, terpisah. Astagfirullah. Gue baru tahu kenapa sewaktu berangkat kemarin rombongan yang duduk di atas pada teriak-teriak. Gue kira karena mereka terlalu semangat. Ternyata gue salah. Dari atas sini, olengan kapal terasa lebay banget. Ombaknya kurang ajar, laut terasa di depan mata. Aaaaaaaaa! Gue takut. Olfi Takut. Girik tidur. Semua penumpang yang ada di sekitar gue gak kalah paniknya, sampai-sampai salah satu mahasiswa (Bang Disoni) teriak-teriak minta jaket pelampung yang kebetulan di tumpuk gak jauh dari gue. Akhirnya sebagian besar dari penumpang kapal bagian atas ikutan minta pelampung juga. Oper-Oper-Oper-Aaaaa!-Oper-Subhanallah-Astagfirullah-Ya Allah.. Begitu yang gue denger dari sekian banyak penumpang.
Kalau pas berangkat Girik yang mabok, sekarang giliran Olfi. Wajar. Kita sebagai penumpang, udah mirip dodol yang lagi diayak-ayak, padahal jelas gak bisa. Udah jungkat-jungkin anak-anak di taman bermain. Udah kayak naik kora-kora versi sadisnya. Udah kayak.. udah ah. Gue mual nyeritainnya.
Alhamdulillah. Rombongan sampai di Pelabuhan Muara Angke dengan selamat. Sesuatu banget perjalanan kali ini. Gue yang tadinya penasaran dan berniat balik lagi ke sana jadi males, gue jadi lupa sama apa yang gue dapet selama di sana. Sial.
“Hey, 1A.. Kesono lagi yuk? Tapi entar aja, kalo udah ada Helipadnya yah.”