JATUH HATI

04.50

“Kuterpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu. Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia. Kuharap kau tahu bahwaku terinspirasi hatimu. Kutak harus memilikimu, tapi bolehkah kuselalu di dekatmu.”—Raisa, Jatuh Hati.

Di duapuluhdua-ku ini, lintasan tentang hati sedikit kupinggirkan. Ada satu target yang lebih kukejar, yaitu tentang masa depan berupa nilai akademis dan nilai ekonomi, dan tentu juga kebahagiaan kedua cahaya-ku. Tapi… hadirmu, dengan semangatmu telah mendorongku. Lebih dari itu, cara-caramu membuat pintu terdalam itu terbuka. Hatiku berkata, “selamat datang.”

Entah apa yang membuatku merasa nyaman atas keberadaanmu di ruangku yang kosong. Kamu berbeda, hanya itu yang kumengerti tentangmu. Dengan keberadaanmu itu, telah terlukis lagi pelangi di lembaran hariku. Pelangi yang memberi warna baru selain kelabu. Bagiku yang tidak pernah mengenalmu, bolehkah?

Kamu berbeda dari yang lain, dari yang pernah datang dan pergi. Kamu… dirimu, selalu menjadi dirimu sendiri. Itu yang membuatku dihinggapi keingintahuan tentangmu. Yang perlu kamu tahu, aku dan hatiku tidak seperti hibiskus yang terima didatangi kumbang dan lebah semaunya. Sulit untuk memulai, namun sulit juga untuk mengakhiri, itu aku.

Pesan berpesan, selalu ada debar, ada tawa, ada nanti, ada tunggu...

Terima kasih untuk waktu yang kauberi. Terima kasih untuk cerita yang kaubagi. Terima kasih untuk canda yang kausuguhi. Terima kasih untuk kesal yang kusenangi. Terima kasih untuk goda yang kunanti. Terima kasih untuk segalanya.

Jika ini adalah jawaban Tuhan terhadap salah satu doaku, terima kasih Tuhan. Tapi jika bukanmu, tetapku terima dengan senang. Seperti doa-doaku yang menyelipkan namamu, “Jika dia jodohku, maka dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, maka jadikan ia teman yang baik untukku.”

Aku tidak ingin menjadi hipokrit, ini aku yang jujur. Maka aku sempatkan menulis ini.

"Tapi kumohon jangan hapus dia, Tuhan. Biarkan aku yang memantaskan diri untuk berada di dekatnya. Terima kasih untuk pelangi ini, Tuhan." 

Cileungsi, delapan sebelum harimu,
dari aku.

You Might Also Like

0 komentar